Citraburuk soal kisah kelahiran Syekh Siti Jenar memang lebih populer ketimbang kisah dari sumber lain yang lebih masuk di akal. Menurut Mulkhan (2015: 9-10), bahwa berdasarkan analisis kesejarahan yang ia dapat dari sumber-sumber Sejarah Keraton Cirebon, bahwa Syekh Siti Jenar yang mempunyai nama asli Abdul Jalil merupakan sepupu dari Syekh

Muhammad Zaekhirin assalamualaikum akhi/ukhti, saya baru, saya ingin tanya tentang sejarah walisongo, apakah benar Syeh Siti Jenar dipenggal kepalanya oleh walisongo karena mengajarkan tasawuf sesat
??? —————————————————————————————————————— Ű§Ù„Ű”ÙˆÙÙŠŰ© Ű§Ù„Ű§Ù†ÙˆŰ§Ű± oleh Arief Suprapto pada 11 Juni 2010 jam 1329 Irhamni Azmatkhan Oleh Faroji Al-Robbani Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit. Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid Ali Khali Qasam bin Sayyid Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma’ah bin Sayyid Alwi al-Mubtakir bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun. Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka. Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad. Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad. Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu 1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya 2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya, 3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara 4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman. Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy. Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun. Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain. Lanjutan Benarkah Syekh Siti Jenar Ulama Sesat ? KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah 1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang Syekh Siti Jenar itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]
. 2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy. 3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”. 4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh. 5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama.” Tidak bisa diterima akal sehat. Lanjutan Benarkah Syekh Siti Jenar Ulama Sesat ? Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia Azyumardi Azra adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas 1. Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali] 2. Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak] 3. Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar] Wahai kaum muslimin
melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati
.jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.
BukanAl-Hallaj, tapi India. Syekh Siti Jenar begitu sering dihubung-hubungkan dengan al-Husain ibnu Mansur al-Hallaj atau singkatnya Al-Hallaj sahaja, sufi Persia abad ke-10, yang sepintas lalu ajarannya mirip dengan Siti Jenar, karena ia memohon dibunuh agar tubuhnya tidak menjadi penghalang penyatuannya kembali dengan Tuhan.
ï»żTujuan tulisan ini adalah untuk mengambil hikmah terhadap beberapa ajaran Islam yang bergerak menjauhi poros Syari'at Al-Qur'an dan Al-Hadits Tulisan ini memiliki hubungan erat dengan tulisan yang berjudul Ringkasan yang menjadi sorotan disini adalah adanya kemungkinan bahwa Islam terpengaruh ajaran yang berasal dari ajaran di luar saja hal ini tidak bisa di tidak benar jika Syari'at Islam itu bisa menerima unsur-unsur tertentu dari ajaran sudah lengkap dan tidak perlu lagi di tambah dan di suluk Syech Siti Jenar ini kelihatan sekali bahwa pengaruh ajaran Hindu sangat saya katakan dalam tulisan lain bahwa Islam itu mencoba dan mencaplok ajaran yang bukan berasal dari jalur mencaplok ajaran yang berasal dari Brahmanisme. dua induk agama ini memiliki perbedaan dan seharusnya tidak di campur aduk, pilih salah satu, Abrahamik atau Brahmanisme, kalau di campur, maka agama akan kehilangan identitasnya yang muncul kemudian adalah ajaran baru yang merupakan perpaduan konsep Abrahamik dan Brahmanisme. Sayang sekali bahwa ajaran baru ini tidak mau meninggalkan masa lalunya,yakni baru ini mengaku inilah yang kemudian merongrong Islam,sehingga Islam semakin kehilangan jati seperti ini yang membuat para pencari kebenaran Islam harus kerja keras mengurutkan kembali keadaan benang yang sudah tulisan yang berjudul Ringkasan melakukan korelasi antara tulisan ini dan tulisan tersebut,maka akan kelihatan darimana sebenarnya ajaran Syech Siti Jenar ini akarnya murni Islam atau campuran .Isi Suluk Syech Siti Jenar Sumber Sastra Sufistik Bani Sudardi Hal 102 Suluk Syech Siti Jenar menceritakan nasib Siti Jenar yang mirip dengan nasib dalam beberapa hal terdapat perbedaan mendasar tentang penghukuman pembahasan ini digunakan sebuah SERAT yang berjudul Suluk Syech Siti Jenar alih aksara oleh Sutarti, 1981 .dilihat dari kosa katanya teks ini tampaknya teks berusia muda didalamnya di temukan kata-kata seperti Afrika,Alifuru,orang Hotentot .Suluk ini menceritakan Syech Siti Jenat yang di anggap sebagai wali yang sakti yang berasal dari bangsa mendapat ilmu ketika mendengarkan ajaran Sunan Bonang kepda Sunan Kalijaga waktu Sunan Bonang mengajarkan ilmu di tengah rawa naik Siti Jenar lalu mendapatkan Ilham yang kemudian mendirikan Syech Siti Jenar ini disebut sebagai Tekad Kajabariyah Kodariyah yang mengakui adanya dzat mempunyai 20 sifat dianggap melekat dengan dunia dan menjadi zat Allah wujud mutlak .Menurut ajaran ini manusia tersdiri atas dua anasir,yakni 1 aku yang sementara yang busuk menjadi tanah. 2 Aku dengan huruf besar yang abadi yang hidup dengan kayad kayun,tanpa roh,yang tidak merasa sakit dan susah yang mempunyai 20 mempunyai sifat jalal dan yang dianggap sebagai Aku bersama aku,tetapi juga terpisah dengan menyusup dalam alasan ini menurut Syech Siti jenar,orang tidak perlu melakukan shalat karena Aku adalah Tuhan itu tidak diperintahkan oleh Tuhan melainkan oleh budi terus terang ajaran ini mengkritik ajaran Walisongo yang dianggap sebagai ajaran orang bodoh dan mementingkan Syech Siti Jenar mengangggap bahwa raga yang digunakan untuk hidup ini adalah mengatakan bahwa hidup ini adalah "mati" yang mendapatkan siksa karena merasa sakit,susah,dan sebagainya ,hal ini seperti di ungkapkan dalam suluk Syeh Siti Jenar sebagai berikut Siti Jenar pemengkuning uripAneng donya punikka pralayaNyipta rinten-ratri maot purwaning kuna idhupNgunandika pangeran Siti BritNgungun rumaket pejahKyeh nraka kerasukLara lapa adhem panasPutek bingung risi susah jroning patiSeje urip kang mulya Syech Siti jenar memandang bahwa dunia ini adalah kematian,siang-malam memikirkan maut,tetapi merupakan awal dari Pangeran Siti Brit,terheran bahwa dekat dengan mati banyak yang masuk neraka,merasa sakit susah ,panas dingin,kebingungan,risi,susah didalam mati .Karena hidup di dunia dianggap sebagai mati,tujuan di dunia ini ialah mencapai kehidupan yang lepas,yakni kehidupan dengan kayad kayun,suatu kehidupan yang sebagai Aku,yang bersifat ringkas dapat dikatakan ajaran Syech Siti Jenar yang menggemparkan para Wali itu ada 3 sebagai Dalam diri manusia ada Aku yang sejati yang dia anggap sebagai Tuhan Tuntunan agama Islam tidak perlu lagi karena dalam Aku sejati tersebut tidak ada yang disembah dan yang adalah Tuhan yang mempunyai sifat Hidup di dunia ini adalah kematian,tujuan utamanya ialah mencapai kehidupan dengan Aku Siti Jenar mendapat banyak pengikut,tetapi tidak sedikit dari muridnya yang kemudian "mencari hidup" dalam arti mencari mati dengan membuat keonaran Demak yang mengetahui hal ini segera menyelidiki sebab-sebab kenekatan orang-orang yang membuat tertangkap mereka tidak segan-segan bunuh tahu bahwa mereka adalah murid-murid Syeckh Siti Jenar,Raja Demak kemudian mengadakan musyawarah dengan para Wali menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan pendekatan kepada Syeckh Siti pertama dikirim utusan Pangeran Bayat dengan Syeckh Domba agar datang ke krendasawa tempat tinggal Syeckh Siti Jenar untuk menyadarkan,tetapi Syeckh Siti Jenar tidak mau menerima ajakan kembali ke jalan yang di tempuh para Bayat dan Syekh Domba kembali ke Demak dan melaporkan hal-hal yang di alami kepada para Wali yang dipimpin Sunan Bonag kemudian memutuskan untuk mendatangi Syeckh Siti Jenar dengan membawa surat perintah dari Raja Demak yang isinya memanggil Syeckh Siti Jenar untuk beradu ilmu di mendatangi Syeckh Siti Jenar adalah Sunan Malaya,Sunan Kudus,Pangeran Modang,dan Pangeran Siti Jenar menolak ajakan utusan kemudian bunuh diri dengan caranya sendiri,yakni "menutup air kehidupan".dua muridnya ikut berbela dengan cara minum Ada khabar lain manyatakan bahwa Syeckh Siti Jenar di hukum mati oleh para Wali dengan di yang mana khabar yang Syeckh Siti Jenar kemudian di bawa ke Demak dan di letakkan didalam ada kejadiana aneh,jenazah itu kemudian di makamkan di dalam masjid dan isi peti jenazah diganti dengan bangkai anjing itu lalu di gantung di tengah jalan untuk menunjukkan kepada masyarakat akibat dari perbuatan jahat yang dilakukan oleh Syeckh Siti Insert Ada misteri dibalik kematian Syeckh Siti Jenar ini ..???..].Demikian Suluk Syeckh Siti Jenar dan sejarah beliau diterima di sisi Tuhan dengan tenang dan fokus tulisan ini adalah ajaran Syeckh Siti jenar yang menyimpang dari Syari'at bahwa ajaran Syeckh Siti Jenar yang fokusnya kepada Tafsir Ketuhanan ini lebih dekat kepada ajaran Hindu daripada ajaran tidak bisa di pungkiri bahwa masyarakat waktu itu dalam proses transisi dari agama Hindu ke agama hal ini memerlukan tidak semua orang bisa hijrah ke dalam Islam dengan keadaan benar-benar murni / bersih dari ajaran masih terikat pada tradisi lama kultur .yang patut disesalkan adalah adanya pengikut ajaran sesat Syeckh Siti Jenar ini sampai sudah tidak ada lagi
ini sebenarnya target demi sedikit tradisi dan ajaran lama harus hilang hingga di capai Islam yang benar-benar kapan target ini bisa di Islam murni ini bisa di korelasi dengan ajaran Al-=Qur'an dan menegaskan agar segera meninggalkan ajaran lama,seperti ajaran nenek disebut ajaran seperti Hindu atau Buddha disini karena waktu Al-Qur'an di turunkan yang terjadi didaerah itu adalah adanya ajaran paganis jahiliyah / penyembah berhala yang merupakan ajaran nenek moyang turun ini harus di fahami bahwa Islam mengharuskan diri umatnya bersih dari ajaran lama baik itu Hindu,Buddha,Nasrani dan Shamanisme / Animisme .kalau tidak benar-benar bersih,maka kejadian yang akan di alami adalah kasus seperti Syeckh Siti Jenar di Islam tetapi wawasan pemikirannya masih dipengaruhi oleh ajaran buka tulisan yang berjudul " Ringkasan Agama ".disana dapat di bandingkan tentang dari manakah akar pemahaman Syeckh Siti Jenar terhadap ajaran Islam haruslah murni,tidak bisa di campur-campur dengan pemahaman dari ajaran kira semua agama memiliki konsep seperti benar-benar bersih dari pengaruh dari ajaran sebab itu manusia tinggal memilih mau agama yang mana sudah jangan mencampur adukkan ajaran-ajaran adukkan ajaran-ajaran agama adalah sebuah kekliruan besar,jati diri / indetitas unik dari agama akan kabur dan hilang / tidak ketegasan perbedaan ajaran agama adalah hal fundamental,sebab dengan tegasnya perbedaan antar agama ini memberi kemerdekaan orang secara penuh untuk memilih mana agama yang cocok buat dirinya sesuai keyakinannya .kalau identitas unik agama kabur,maka ada kecendrungan orang memilih atheis-me dan menggunakan agama hanya sebagi Symbol saja,atau agama adalah sarana untuk mencapai tujuan tertentu dalam peradaban,agama tidak lagi fokus pada masalah yang tidak diinginkan oleh setiap ajaran agama,saya yakin semua agama tidak setuju dengan kedudukan agama seperti di sebutkan terakhir Tidak benar jika seseorang telah memahami bahwa kehidupan fana ini adalah pintu menuju ke kehidupan abadi,lalu ia mencati jalan untuk ber segera pindah ke kehidupan yang abadi itu dengan berbagai jalan,misalnya bunuh diri dan lain-lain tanpa melihat aturan syari’ sampai hal ini terjadi,bisa jadi kehidupan abadi itu baginya adalah kehidupan abadi dalam siksa yang aturan,dan tugas manusia selama hidup di dunia ini terutama adalah bagaimana caranya bertahan hidup dengan penuh kesabaran,walau bagaimanapun susahnya bisa berbuatlah kebaikan dalam segala hal yang dengan kata berbuiat kebaikan,jangan sampai baik terhadap satu sisi kemudian zalim di satu aturan syari’at yang benar-benar harus di fahami dengan mati adalah urusan kodrat,jangan dicari.”barang siapa mencari kematian”
apapun alasannya
maka kasus seperti ini saya kira sudah termasuk jalan KUFUR !...bisa jadi keabadian yang di dapat adalah Neraka bertanya pada para ahli fiqih.”Barangsiapa tidak mau mengikuti perkataan ahli fiqih,bisa jadi adalah perbuatan KUFUR !...” Sumber; Telaga Muhammad SyekhSiti Jenar adalah wali kelahiran Japura(Cirebon) yang riwayat hidupnya dikisahkan dalam banyak naskah kuno. Nama dan julukannyapun banyak, tercatat ada 5 nama lebih yang disandangkan pada Syekh Siti Jenar, diantaranya, Abdul Jalil, San Ali, Syekh Lemah Abang, Syekh Jabaranta, Syekh Siti Bang, Syekh Siti Brit, Sunan Kajenar, Syekh Wali Lanang Saat Pemerintahan Kerajaan Islam Sultan Bintoro Demak I 1499 Kehadiran Syekh Siti Jenar ternyata menimbulkan kontraversi, apakah benar ada atau hanya tokoh imajiner yang direkayasa untuk suatu kepentingan politik. Tentang ajarannya sendiri, sangat sulit untuk dibuat kesimpulan apa pun, karena belum pernah diketemukan ajaran tertulis yang membuktikan bahwa itu tulisan Syekh Siti Jenar, kecuali menurut para penulis yang identik sebagai penyalin yang berakibat adanya berbagai versi. Tapi suka atau tidak suka, kenyataan yang ada menyimpulkan bahwa Syekh Siti Jenar dengan falsafah atau faham dan ajarannya sangat terkenal di berbagai kalangan Islam khususnya orang Jawa, walau dengan pandangan berbeda-beda. Pandangan Syekh Siti Jenar yang menganggap alam kehidupan manusia di dunia sebagai kematian, sedangkan setelah menemui ajal disebut sebagai kehidupan sejati, yang mana ia adalah manusia dan sekaligus Tuhan, sangat menyimpang dari pendapat Wali Songo, dalil dan hadits, sekaligus yang berpedoman pada hukum Islam yang bersendikan sebagai dasar dan pedoman kerajaan Demak dalam memerintah yang didukung oleh para Wali. Siti Jenar dianggap telah merusak ketenteraman dan melanggar peraturan kerajaan, yang menuntun dan membimbing orang secara salah, menimbulkan huru-hara, merusak kelestarian dan keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, atas legitimasi dari Sultan Demak, diutuslah beberapa Wali ke tempat Siti Jenar di suatu daerah ada yang mengatakan desa Krendhasawa, untuk membawa Siti Jenar ke Demak atau memenggal kepalanya. Akhirnya Siti Jenar wafat ada yang mengatakan dibunuh, ada yang mengatakan bunuh diri. Akan tetapi kematian Siti Jenar juga bisa jadi karena masalah politik, berupa perebutan kekuasaan antara sisa-sisa Majapahit non Islam yang tidak menyingkir ke timur dengan kerajaan Demak, yaitu antara salah satu cucu Brawijaya V yang bernama Ki Kebokenongo/Ki Ageng Pengging dengan salah satu anak Brawijaya V yang bernama Jin Bun/R. Patah yang memerintah kerajaan Demak dengan gelar Sultan Bintoro Demak I, dimana Kebokenongo yang beragama Hindu-Budha beraliansi dengan Siti Jenar yang beragama Islam. Nama lain dari Syekh Siti Jenar antara lain Seh Lemahbang atau Lemah Abang, Seh Sitibang, Seh Sitibrit atau Siti Abri, Hasan Ali Ansar dan Sidi Jinnar. Menurut Bratakesawa dalam bukunya Falsafah Siti Djenar 1954 dan buku Wejangan Wali Sanga himpunan Wirjapanitra, dikatakan bahwa saat Sunan Bonang memberi pelajaran iktikad kepada Sunan Kalijaga di tengah perahu yang saat bocor ditambal dengan lumpur yang dihuni cacing lembut, ternyata si cacing mampu dan ikut berbicara sehingga ia disabda Sunan Bonang menjadi manusia, diberi nama Seh Sitijenar dan diangkat derajatnya sebagai Wali. Dalam naskah yang tersimpan di Musium Radyapustaka Solo, dikatakan bahwa ia berasal dari rakyat kecil yang semula ikut mendengar saat Sunan Bonang mengajar ilmu kepada Sunan kalijaga di atas perahu di tengah rawa. Sedangkan dalam buku Sitijenar tulisan Tan Koen Swie 1922, dikatakan bahwa Sunan Giri mempunyai murid dari negeri Siti Jenar yang kaya kesaktian bernama Kasan Ali Saksar, terkenal dengan sebutan Siti Jenar Seh Siti Luhung/Seh Lemah Bang/Lemah Kuning, karena permohonannya belajar tentang makna ilmu rasa dan asal mula kehidupan tidak disetujui Sunan Bonang, maka ia menyamar dengan berbagai cara secara diam-diam untuk mendengarkan ajaran Sunan Giri. Namun menurut Sulendraningrat dalam bukunya Sejarah Cirebon 1985 dijelaskan bahwa Syeh Lemahabang berasal dari Bagdad beraliran Syi’ah Muntadar yang menetap di Pengging Jawa Tengah dan mengajarkan agama kepada Ki Ageng Pengging Kebokenongo dan masyarakat, yang karena alirannya ditentang para Wali di Jawa maka ia dihukum mati oleh Sunan Kudus di Masjid Sang Cipta Rasa Masjid Agung Cirebon pada tahun 1506 Masehi dengan Keris Kaki Kantanaga milik Sunan Gunung Jati dan dimakamkan di Anggaraksa/Graksan/Cirebon. Informasi tambahan di sini, bahwa Ki Ageng Pengging Kebokenongo adalah cucu Raja Brawijaya V R. Alit/Angkawijaya/Kertabumi yang bertahta tahun 1388, yang dilahirkan dari putrinya bernama Ratu Pembayun saudara dari Jin Bun/R. Patah/Sultan Bintoro Demak I yang bertahta tahun 1499 yang dinikahi Ki Jayaningrat/Pn. Handayaningrat di Pengging. Ki Ageng Pengging wafat dengan caranya sendiri setelah kedatangan Sunan Kudus atas perintah Sultan Bintoro Demak I untuk memberantas pembangkang kerajaan Demak. Nantinya, di tahun 1581, putra Ki Ageng Pengging yaitu Mas Karebet, akan menjadi Raja menggantikan Sultan Demak III Sultan Demak II dan III adalah kakak-adik putra dari Sultan Bintoro Demak I yang bertahta di Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo Pajang I. Keberadaan Siti Jenar diantara Wali-wali ulama-ulama suci penyebar agama Islam yang mula-mula di Jawa berbeda-beda, dan malahan menurut beberapa penulis ia tidak sebagai Wali. Mana yang benar, terserah pendapat masing-masing. Sekarang mari kita coba menyoroti falsafah/faham/ajaran Siti Jenar. Konsepsi Ketuhanan, Jiwa, Alam Semesta, Fungsi Akal dan Jalan Kehidupan dalam pandangan Siti Jenar dalam buku Falsafah Siti Jenar tulisan Brotokesowo 1956 yang berbentuk tembang dalam bahasa Jawa, yang sebagian merupakan dialog antara Siti Jenar dengan Ki Ageng Pengging, yaitu kira-kira Jenar yang mengaku mempunyai sifat-sifat dan sebagai dzat Tuhan, dimana sebagai manusia mempunyai 20 dua puluh atribut/sifat yang dikumpulkan di dalam budi lestari yang menjadi wujud mutlak dan disebut dzat, tidak ada asal-usul serta tujuannya. Widi sebagai suatu ujud yang tak tampak, pribadi yang tidak berawal dan berakhir, bersifat baka, langgeng tanpa proses evolusi, kebal terhadap sakit dan sehat, ada dimana-mana, bukan ini dan itu, tak ada yang mirip atau menyamai, kekuasaan dan kekuatannya tanpa sarana, kehadirannya dari ketiadaan, luar dan dalam tiada berbeda, tidak dapat diinterpretasikan, menghendaki sesuatu tanpa dipersoalkan terlebih dahulu, mengetahui keadaan jauh diatas kemampuan pancaindera, ini semua ada dalam dirinya yang bersifat wujud dalam satu kesatuan, Hyang Suksma ada dalam dirinya. Jenar menganggap dirinya inkarnasi dari dzat yang luhur, bersemangat, sakti, kebal dari kematian, manunggal dengannya, menguasai ujud penampilannya, tidak mendapat suatu kesulitan, berkelana kemana-mana, tidak merasa haus dan lesu, tanpa sakit dan lapar, tiada menyembah Tuhan yang lain kecuali setia terhadap hati nurani, segala sesuatu yang terjadi adalah ungkapan dari kehendak dzat Allah. sesuatu yang terjadi adalah ungkapan dari kehendak dzat Allah, maha suci, sholat 5 lima waktu dengan memuji dan dzikir adalah kehendak pribadi manusia dengan dorongan dari badan halusnya, sebab Hyang Suksma itu sebetulnya ada pada diri manusia. lahiriah Siti jenar adalah Muhammad, memiliki kerasulan, Muhammad bersifat suci, sama-sama merasakan kehidupan, merasakan manfaat pancaindera. angan-angan serta ingatan merupakan suatu bentuk akal yang tidak kebal atas kegilaan, tidak jujur dan membuat kepalsuan demi kesejahteraan pribadi, bersifat dengki memaksa, melanggar aturan, jahat dan suka disanjung, sombong yang berakhir tidak berharga dan menodai penampilannya. langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia, jasad busuk bercampur debu menjadi najis, nafas terhembus di segala penjuru dunia, tanah dan air serta api kembali sebagai asalnya, menjadi baru. Dalam buku Suluk Wali Sanga tulisan R. Tanojo dikatakan bahwa Tuhan itu adalah wujud yang tidak dapat di lihat dengan mata, tetapi dilambangkan seperti bintang bersinar cemerlang yang berwujud samar-samar bila di lihat, dengan warna memancar yang sangat indah; Siti Jenar mengetahui segala-galanya sebelum terucapkan melebihi makhluk lain kawruh sakdurunge minarah, karena itu ia juga mengaku sebagai Tuhan; Sedangkan mengenai dimana Tuhan, dikatakan ada di dalam tubuh, tetapi hanya orang terpilih orang suci yang bisa melihatnya, yang mana Tuhan itu Maha Mulya tidak berwarna dan tidak terlihat, tidak bertempat tinggal kecuali hanya merupakan tanda yang merupakan wujud Hyang Widi; Hidup itu tidak mati dan hidup itu kekal, yang mana dunia itu bukan kehidupan buktinya ada mati tapi kehidupan dunia itu kematian, bangkai yang busuk, sedangkan orang yang ingin hidup abadi itu adalah setelah kematian jasad di dunia; Jiwa yang bersifat kekal/langgeng setelah manusia mati lepas dari belenggu badan manusia adalah suara hati nurani, yang merupakan ungkapan dari dzat Tuhan dan penjelmaan dari Hyang Widi di dalam jiwa dimana raga adalah wajah Hyang Widi, yang harus ditaati dan dituruti perintahnya. Dalam buku Bhoekoe Siti Djenar karya Tan Khoen Swie 1931 dikatakan bahwa Saat diminta menemui para Wali, dikatakan bahwa ia manusia sekaligus Tuhan, bergelar Prabu Satmata; Ia menganggap Hyang Widi itu suatu wujud yang tak dapat dilihat mata, dilambangkan seperti bintang-bintang bersinar cemerlang, warnanya indah sekali, memiliki 20 dua puluh sifat antara lain ada, tak bermula, tak berakhir, berbeda dengan barang yang baru, hidup sendiri dan tanpa bantuan sesuatu yang lain, kuasa, kehendak, mendengar, melihat, ilmu, hidup, berbicara yang terkumpul menjadi satu wujud mutlak yang disebut DZAT dan itu serupa dirinya, jelmaan dzat yang tidak sakit dan sehat, akan menghasilkan perwatakan kebenaran, kesempurnaan, kebaikan dan keramah-tamahan; Tuhan itu menurutnya adalah sebuah nama dari sesuatu yang asing dan sulit dipahami, yang hanya nyata melalui kehadiran manusia dalam kehidupan duniawi. Menurut buku Pantheisme en Monisme in de Javaavsche tulisan Zoetmulder, SJ.1935 dikatakan bahwa Siti Jenar memandang dalam kematian terdapat sorga neraka, bahagia celaka ditemui, yakni di dunia ini. Sorga neraka sama, tidak langgeng bisa lebur, yang kesemuanya hanya dalam hati saja, kesenangan itu yang dinamakan sorga sedangkan neraka, yaitu sakit di hati. Namun banyak ditafsirkan salah oleh para pengikutnya, yang berusaha menjalani jalan menuju kehidupan ngudi dalan gesang dengan membuat keonaran dan keributan dengan cara saling membunuh, demi mendapatkan jalan pelepasan dari kematian. Siti Jenar yang berpegang pada konsep bahwa manusia adalah jelmaan dzat Tuhan, maka ia memandang alam semesta sebagai makrokosmos sama dengan mikrokosmos. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang mana jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan dan raga adalah bentuk luar dari jiwa dengan dilengkapi pancaindera maupun berbagai organ tubuh. Hubungan jiwa dan raga berakhir setelah manusia mati di dunia, menurutnya sebagai lepasnya manusia dari belenggu alam kematian di dunia, yang selanjutnya manusia bisa manunggal dengan Tuhan dalam keabadian. Siti Jenar memandang bahwa pengetahuan tentang kebenaran Ketuhanan diperoleh manusia bersamaan dengan penyadaran diri manusia itu sendiri, karena proses timbulnya pengetahuan itu bersamaan dengan proses munculnya kesadaran subyek terhadap obyek proses intuitif. Menurut Widji Saksono dalam bukunya Al-Jami’ah 1962 dikatakan bahwa wejangan pengetahuan dari Siti jenar kepada kawan-kawannya ialah tentang penguasaan hidup, tentang pintu kehidupan, tentang tempat hidup kekal tak berakhir di kelak kemudian hari, tentang hal mati yang dialami di dunia saat ini dan tentang kedudukannya yang Mahaluhur. Dengan demikian tidaklah salah jika sebagian orang ajarannya merupakan ajaran kebatinan dalam artian luas, yang lebih menekankan aspek kejiwaan dari pada aspek lahiriah, sehingga ada juga yang menyimpulkan bahwa konsepsi tujuan hidup manusia tidak lain sebagai bersatunya manusia dengan Tuhan Manunggaling Kawula-Gusti. Dalam pandangan Siti Jenar, Tuhan adalah dzat yang mendasari dan sebagai sebab adanya manusia, flora, fauna dan segala yang ada, sekaligus yang menjiwai segala sesuatu yang berwujud, yang keberadaannya tergantung pada adanya dzat itu. Ini dibuktikan dari ucapan Siti Jenar bahwa dirinya memiliki sifat-sifat dan secitra Tuhan/Hyang Widi. Namun dari berbagai penulis dapat diketahui bahwa bisa jadi benturan kepentingan antara kerajaan Demak dengan dukungan para Wali yang merasa hegemoninya terancam yang tidak hanya sebatas keagamaan Islam, tapi juga dukungan nyata secara politis tegaknya pemerintahan Kesultanan di tanah Jawa aliansi dalam bentuk Sultan mengembangkan kemapanan politik sedang para Wali menghendaki perluasan wilayah penyebaran Islam. Dengan sisa-sisa pengikut Majapahit yang tidak menyingkir ke timur dan beragama Hindu-Budha yang memunculkan tokoh kontraversial beserta ajarannya yang dianggap “subversif” yaitu Syekh Siti Jenar mungkin secara diam-diam Ki Kebokenongo hendak mengembalikan kekuasaan politik sekaligus keagamaan Hindu-Budha sehingga bergabung dengan Siti jenar. Bisa jadi pula, tragedi Siti Jenar mencerminkan perlawanan kaum pinggiran terhadap hegemoni Sultan Demak yang memperoleh dukungan dan legitimasi spiritual para Wali yang pada saat itu sangat berpengaruh. Disini politik dan agama bercampur-aduk, yang mana pasti akan muncul pemenang, yang terkadang tidak didasarkan pada semangat kebenaran. Kaitan ajaran Siti Jenar dengan Manunggaling Kawula-Gusti seperti dikemukakan di atas, perlu diinformasikan di sini bahwa sepanjang tulisan mengenai Siti Jenar yang diketahui, tidak ada secara eksplisit yang menyimpulkan bahwa ajarannya itu adalah Manunggaling Kawula-Gusti, yang merupakan asli bagian dari budaya Jawa. Sebab Manunggaling Kawula-Gusti khususnya dalam konteks religio spiritual, menurut Ir. Sujamto dalam bukunya Pandangan Hidup Jawa 1997, adalah pengalaman pribadi yang bersifat “tak terbatas” infinite sehingga tak mungkin dilukiskan dengan kata untuk dimengerti orang lain. Seseorang hanya mungkin mengerti dan memahami pengalaman itu kalau ia pernah mengalaminya sendiri. Dikatakan bahwa dalam tataran kualitas, Manunggaling Kawula-Gusti adalah tataran yang dapat dicapai tertinggi manusia dalam meningkatkan kualitas dirinya. Tataran ini adalah Insan Kamilnya kaum Muslim, Jalma Winilisnya aliran kepercayaan tertentu atau Satriyapinandhita dalam konsepsi Jawa pada umumnya, Titik Omeganya Teilhard de Chardin atau Kresnarjunasamvadanya Radhakrishnan. Yang penting baginya bukan pengalaman itu, tetapi kualitas diri yang kita pertahankan secara konsisten dalam kehidupan nyata di masyarakat. Pengalaman tetaplah pengalaman, tak terkecuali pengalaman paling tinggi dalam bentuk Manunggaling kawula Gusti, yang tak lebih pula dari memperkokoh laku. Laku atau sikap dan tindakan kita sehari-hari itulah yang paling penting dalam hidup ini. Kalau misalnya dengan kekhusuk-an manusia semedi malam ini, ia memperoleh pengalaman mistik atau pengalaman religius yang disebut Manunggaling Kawula-Gusti, sama sekali tidak ada harga dan manfaatnya kalau besok atau lusa lantas menipu atau mencuri atau korupsi atau melakukan tindakan-rindakan lain yang tercela. Kisah Dewa Ruci adalah yang menceritakan kejujuran dan keberanian membela kebenaran, yang tanpa kesucian tak mungkin Bima berjumpa Dewa Ruci. Kesimpulannya, Manunggaling Kawula-Gusti bukan ilmu melainkan hanya suatu pengalaman, yang dengan sendirinya tidak ada masalah boleh atau tidak boleh, tidak ada ketentuan/aturan tertentu, boleh percaya atau tidak percaya. Kita akhiri kisah singkat tentang Syekh Siti Jenar, dengan bersama-sama merenungkan kalimat berikut yang berbunyi “Janganlah Anda mencela keyakinan/kepercayaan orang lain, sebab belum tentu kalau keyakinan/kepercayaan Anda itu yang benar sendiri”. Sidang para Wali Sunan Giri membuka musyawarah para wali. Dalam musyawarah itu ia mengajukan masalah Syeh Siti Jenar. Ia menjelaskan bahwa Syeh Siti Jenar telah lama tidak kelihatan bersembahyang jemaah di masjid. Hal ini bukanlah perilaku yang normal. Syeh Maulana Maghribi berpendapat bahwa itu akan menjadi contoh yang kurang baik dan bisa membuat orang mengira wali teladan meninggalkan syariah nabi Muhammad. Sunan Giri kemudian mengutus dua orang santrinya ke gua tempat syeh Siti Jenar bertapa dan memintanya untuk datang ke masjid. Ketika mereka tiba, mereka diberitahu hanya ALLAH yang ada dalam kembali ke masjid untuk melaporkan hal ini kepada Sunan Giri dan para wali lainnya. Sunan Giri kemudian menyuruh mereka kembali ke gua dan menyuruh ALLAH untuk segera menghadap para wali. Kedua santri itu kemudian diberitahu, ALLAH tidak ada dalam gua, yang ada hanya Syeh Siti Jenar. Mereka kembali kepada Sunan Giri untuk kedua kalinya. Sunan Giri menyuruh mereka untuk meminta datang baik ALLAH maupun Syeh Siti Jenar. Kali ini Syeh Siti Jenar keluar dari gua dan dibawa ke masjid menghadap para wali. Ketika tiba Syeh Siti Jenar memberi hormat kepada para wali yang tua dan menjabat tangan wali yang muda. Ia diberitahu bahwa dirinya diundang kesini untuk menghadiri musyawarah para wali tentang wacana kesufian. Didalam musyawarah ini Syeh Siti Jenar menjelaskan wacana kesatuan makhluk yaitu dalam pengertian akhir hanya ALLAH yang ada dan tidak ada perbedaan ontologis yang nyata yang bisa dibedakan antara ALLAH, manusia dan segala ciptaan lainnya. Sunan Giri menyatakan bahwa wacana itu benar,tetapi meminta jangan diajarkan karena bisa membuat masjid kosong dan mengabaikan syariah. Siti Jenar menjawab bahwa ketundukan buta dan ibadah ritual tanpa isi hanyalah perilaku keagamaan orang bodoh dan percakapan Siti Jenar dan Sunan Giri itu kelihatannya bahwa yang menjadi masalah substansi ajaran Syeh Siti Jenar, tetapi penyampaian kepada masyarakat luas. Menurut Sunan Giri paham Syeh Siti Jenar belum boleh disampaikan kepada masyarakat luas sebab mereka bisa bingung, apalagi saat itu masih banyak orang yang baru masuk islam, karena seperti disampaika di muka bahwa Syeh Siti Jenar hidup dalam masa peralihan dari kerajaan Hindu kepada kerajaan Islam di Jawa pada akhir abad ke 15 M. Percakapan Syeh Siti Jenar dan Sunan Giri juga diceritakan dalam buku Siti Jenar terbitan Tan Koen Swie sbb Pedah punapa mbibingung, Ngangelaken ulah ngelmi, NJeng Sunan Giri ngandika, Bener kang kaya sireki, Nanging luwih kaluputan, Wong wadheh ambuka wadi. Telenge bae pinulung, Pulunge tanpa ling aling, Kurang waskitha ing cipta, Lunturing ngelmu sajati, Sayekti kanthi nugraha, Tan saben wong anampani. Artinya Syeh Siti Jenar berkata, untuk apa kita membuat bingung, untuk apa kita mempersulit ilmu? Sunan Giri berkata, benar apa yang anda ucapkan, tetapi anda bersalah besar, karena berani membuka ilmu rahasia secara tidak semestinya. Hakikat Tuhan langsung diajarkan tanpa ditutup tutupi. Itu tidaklah bijaksana. Semestinya ilmu itu hanya dianugerahkan kepada mereka yang benar-benar telah matang. Tak boleh diberikan begitu saja kepada setiap orang. Ngrame tapa ing panggawe Iguh dhaya pratikele Nukulaken nanem bibit Ono saben galengane Mili banyu sumili Arerewang dewi sri Sumilir wangining pari SĂȘrat Niti Mani . . . WontĂȘn malih kacarios lalampahanipun Seh Siti JĂȘnar, inggih Seh LĂȘmah Abang. Pepuntoning tekadipun murtad ing agami, ambucal dhatĂȘng sarengat. Saking karsanipun nĂȘgari patrap ing makatĂȘn wau kagalih ambĂȘbaluhi adamĂȘl risaking pangadilan, ingriku Seh Siti JĂȘnar anampeni hukum kisas, tĂȘgĂȘsipun hukuman pĂȘjah. SarĂȘng jaja sampun tinuwĂȘg ing lĂȘlungiding warastra, naratas anandhang brana, mucar wiyosing ludira, nalutuh awarni seta. AmĂȘsat kuwanda muksa datan ana kawistara. Anulya ana swara, lamat-lamat kapiyarsa, surasa paring wasita. Kinanti Wau kang murweng don luhung, atilar wasita jati, e manungsa sesa-sesa, mungguh ing jamaning pati, ing reh pĂȘpuntoning tekad, santa-santosaning kapti. Nora saking anon ngrungu, riringa rĂȘngĂȘt siningit, labĂȘt sasalin salaga, salugune den-ugĂȘmi, yeka pangagĂȘme raga, suminggah ing sangga runggi. Marmane sarak siningkur, kĂȘrana angrubĂȘdi, manggung karya was sumĂȘlang, ĂȘmbuh-ĂȘmbuh den-andhĂȘmi, iku panganggone donya, tĂȘkeng pati nguciwani. Sajati-jatining ngelmu, lungguhe cipta pribadi, pusthinĂȘn pangesthinira, ginĂȘlĂȘng dadi sawiji,wijanging ngelmu jatmika, neng kaanan ĂȘnĂȘng ĂȘning. By alang alang.
SyahadatJenar. Published November 9, 2007 Perjalanan Spiritual 506 Comments. Tag: Islam, kejawen, siti jenar, spiritual, sufi, syahadat. Ketika saya melihat syahadat para pengikut nabi baru itu di TV, yang akhirnya di hukum sebagai kesesatan karena dianggap berbeda dengan syahadat pada umumnya.
Bukuini disuguhkan bagi mereka yang haus akan perjalanan hidup ini. Setelah mengupas makna kematian, lalu makrifat dan makna kehidupan menurut Syekh Siti Jenar pada dua buku sebelumnya, kini pembaca diajak untuk mengarungi hakikat hidup yang lebih dalam. Inilah lautan makrifat kasunyatan. Dahulu, ajaran kasunyatan ini diberikan secara tertutup.
BeliSyekh Siti Jenar Harga Promo & Terbaru April 2022 - Dapatkan Harga Syekh Siti Jenar Termurah Di Blibli! Promo & Diskon Murah ⚡100% Original 15 Hari Retur ⌛ Pengiriman Cepat Gratis Ongkir
\n syair syekh siti jenar
2 “Ajaran Manunggali ng Kawulo Gusti” yang diidentikk an kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kita b Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunaka n kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsiran nya
ï»żBukusyekh siti jenar pdf. Kehadirannya telah menenteramkan sekaligus menggelisahkan. Kematian ada dalam hidup hidup ada dalam mati. 3 BUKU BAIT SYAIR WALI TANAH JAWApdf. Apakah dia salah satu dari sekian banyak wali. Harus diakui ajaran dan pemikiran Syekh Siti Jenar memang kontroversial dan tidak bisa diinterpretasikan secara harfiah saja
g5vI2Hw.
  • 7zkz1209e1.pages.dev/404
  • 7zkz1209e1.pages.dev/231
  • 7zkz1209e1.pages.dev/204
  • 7zkz1209e1.pages.dev/267
  • 7zkz1209e1.pages.dev/287
  • 7zkz1209e1.pages.dev/409
  • 7zkz1209e1.pages.dev/67
  • 7zkz1209e1.pages.dev/167
  • syair syekh siti jenar